Apa kabar kawan? masih kah kamu baik-baik saja di masa pandemi ini? atau mungkin sebaliknya ??
tenang kawan, kita semua sedang survive di masa yang tak menyenangkan ini. Kalian tidak sendiri, karena akupun sedang berjuang di tengah kondisi ini.
Selama ramadhan, banyak sekali hal yang aku pelajari, mulai dari belajar menjadi ibu rumah tangga, belajar manajemen waktu, belajar memanajemen uang, belajar gimana rasanya kerja keras samapai dini hari, dan yang paling berat adalah belajar merelakan jam tidur dari biasanya.
Saat ini kita sama-sama sedang berada di tahap "Mencoba Baik-Baik Saja" padahal mungkin sebaliknya. Salah satu sektor yang paling buruk terkena dampak pandemi adalah ekonomi dan pendidikan (menurutku). Jutaan orang telah terputus mata pencahariannya, perekonomian kacau terutama untuk warga kecil menengah ke bawah. Pendidikan pun ikut terkena dampak, pembelajaran diarahkan ke online, tapi para petinggi mengabaikan nasib anak-anak pedalaman yang sebagian besar belum memiliki gawai dan kawan-kawannya itu. Pendidikan di kota pun tidak berjalan lancar seperti yang kita semua harapkan. Sebagai seorang guru, masih banyak muridku yang mangkir nggak ikut KBM online, mengerjakan tugas juga asal-asal an.
Pandemi ini juga berdampak bagi guru-guru honorer di Indonesia -termasuk saya-. Sudah menjadi rahasia publik bahwa penghasilan guru honorer di Indonesia termasuk yang terendah dibandingkan negara lain. Apalagi jika mengabdi di sekolah swasta yang masih merintis sepertiku. Jujur, penghasilan yang nggak seberapa itu kurang kalau dipergunakan untuk kebetuhan sebulan. Mulai dari bayar tagihan listrik, belanja keperluan bulanan, beli kuota, ngasih thr orang tua dan keponakan. Penghasilan yang nggak seberapa itu masih harus terpotong hampir 50% karena adanya masa pandemi -hehehe lihat slip gaji berharap kalo itu prank- . But, its real, memang seperti itu keadaannya, tapi sebisa mungkin aku nggakmau keluarga tahu, apalagi keluarga besar. Kalo bapak ibuk tahu malah jadi nambah pikiran. Apalagi sampe keluarga besar tahu, auto pada kasihan sama aku, dan aku nggakmau itu terjadi karena aku tipe orang yang nggakmau dikasihani. Selagi kita masih mampu berdiri diatas kaki kita sendiri, insyaAllah everythings gonna be alright :) . Dan memang benar adanya, ditengah kebimbanganku perkara perduitan, Allah baikk bangettt. Allah ciptain makhluk kayak aku ini memang bukan tanpa alasan. Alhamdulillah Allah kasih tangan ajaib ke aku biar bisa bikin macam-macam makanan lezat yang siap dijual. Ramadhan ini aku mencoba peruntunganku lagi di bidang kuliner, dan hasilnya diluar ekspektasi. Aku merasa berdosa karena kurang bersyukur, padahal janji Allah itu pasti, setiap orang sudah memiliki rejekinya masing-masing dan insyaAllah Allah kasih juga sesuai kebutuhan kita.
Ada satu momen yang bikin aku sadar kalo "Allah baik banget ya". Begini ceritanya : Hari ke 9 ramadhan , tetanggaku meninggal dunia. Aku lumayan dekat dengan keluarga almarhum karena 3 tahun aku jadi guru les anak-anak beliau. Aku nggak tega lihat anak-anak beliau yang masih berada di usia SD dan SMP tapi sudah harus kehilangan ayah mereka. Kebetulan hari itu aku sedang membuat pesanan strudel, lalu kubuatkanlah mereka strudel rasa pisang coklat. Aku hanya memberi 1 pack strudel , tapi di hari yang sama tiba-tiba ada pesanan 10 strudel, dan terus berlanjut di hari-hari berikutnya. MasyaAllah, kita cuma ngasih 1, tapi kembali ke kita berlipat-lipat. memang yang orang-orang bilang bahwa akan ada keajaiban di balik sedekah itu benar adanya.
Singkat cerita, alhamdulillah pesanan kue dan strudel selama ramadhan overload, mau nggak mau aku harus nglembur menjelang lebaran sampe dini hari, yang paling parah adalah baru tidur jam setengah 3 pagi dan jam 7 pagi aku harus ke pasar untuk antre bahan kue dalam keadaan ngantuk berat. Proses menyelesaiakan pesanan kue lebaranku penuh kegigihan, kesabaran, dan kekuatan -terutama kekuatan lengan- . Setiap pagi harus ke toko kue , dan bawa belanjaan sendiri yang nggak sedikit, bawa oven segede lemari -wkwkw- juga sendiri. enak kali ya kalo ada yang nganterin dan bantu bawa belanjaan hehe .
bawa oven segede lemari :p
Memang hidup itu harus butuh perjuangan, kalo nggak begini, nggak akan bisa cerita ke anak-anak kelak kalo ibunya itu seorang yang kuattt. Kalo lagi capek dan pengen ngeluh, auto inget saudara-saudara sepantaran yang udah prepare pernikahan , mulai dari finansial sampe cari vendor yang cocok. Lhah aku mau persiapan apa ? tabungan terkikis terus, jodoh juga belum terlihat hehe harus tetap bersyukur karena mungkin Allah beri aku kesempatan buat mengabdi dulu sama keluarga dan merasakan perjuangan hidup terlebih dahulu sebelum hidup enak kipas-kipas sambil rebahan aamiinnn. Sempat berpikir apakah aku harus meninggalkan pekerjaanku sebagai guru dan fokus dengan usaha keluarga, tapi kembali lagi, menjadi seorang pendidik menjadi salah satu nutrisi batin buatku walaupun gaji nggak seberapa. Memang sepertinya aku harus fokus di 2 hal : mengajar dan memasak hehe
Begitulah sedikit catatan perjuangan yang harus aku abadikan lewat tulisan, agar dapat dikenang kapan saja, mungkin saat aku sudah tua nanti. Kalo ada yang baca syukurlah, semoga bisa menginspirasi para pembaca :) Syukron, wassalamualaikum wr.wb.
With Luv
Intan Si Gadis Kuat
Inspiratif banget mboakk, aku bangga deh
BalasHapusterima kasih, salah satu supporter hidupku yang paling setia
Hapus