Masih teringat jelas, potongan pizza yang kita makan di malam terakhirmu di Semarang, menikmati perjalanan malam di Jalan Pandanaran sambil membahas hal-hal baru yang kamu dapat setelah menapaki dunia kerja. Kita memesan pizza Cheesy Bites ukuran reguler yang pinggirannya berupa keju cheedar dan mozarella. Ah.... memang baru pertama kali aku merasakan pizza seenak itu, biasanya kubeli pizza seharga 2500 di koperasi sekolah. Tapi akhirnya kuberikan jatah pizza ku untukmu karena rasanya perut sudah tak muat lagi menelan pizza yang terlalu enak itu.
Makan pizza sembari mengeluhkan dunia kerja barumu, dan kudengarkan saja, karena ku tak pandai memberikan solusi ,teman macam apa aku ini.... Perjalanan pulang masih kurasa seperti hari-hari saat kita jalan-jalan biasanya, ngobrol sambil sambat dan ketawa-ketawa, tak ada sesuatu yang beda. Bahkan aku hampir lupa kalau esok hari kau harus kembali ke perantauan untuk menunaikan kerjaanmu yg kamu tinggal beberapa hari.
Semakin larut , kantuk semakin terasa, ditambah karena kekenyangan makan pizza enak di Pandanaran. Kau masih sempat antarkan aku mengembalikan helm temanku, dan masih teringat jelas counter pulsa tempat kau beli kuota Telkomsel yang mahal harganya.
Kita duduk beberapa jam untuk berbincang dan saling menguatkan karena setelah itu kita akan sulit bertemu. Ku bertanya, "Kapan kiranya kita bertemu?", dan kau tidak bisa menjawab, lalu kutanya lagi, "Berapa tahun lagi kita bertemu?" dan kau masih juga tak bisa menjawab. Karena memang, hanya Allah yang tau , kapan pertemuan dan perpisahan terjadi ..
Ternyata malam itu menjadi malam terakhir kita bersua, hingga tulisan ini terbit, sudah 2 tahun lebih 2 bulan hmm... tapi potongan pizza itu masih jelas aku ingat.
Hari-hari yang kulalui sangatlah tidak mudah, banyak hal baru yang aku coba, pun tidak memberi pengaruh yang besar untuk melupakan perjalanan malam itu , saat menyusuri Jalan Pandanaran.
Beberapa orang sempat menawarkanku menu lain seperti nasi bakar, papeda telur, hingga tau gejrot, tapi masih tak bisa menggantikan enaknya potongan pizza di Pandanaran itu. Aku yang mencoba mensugesti diri bahwa papeda telur rasanya sama dengan pizza, tapi ternyata jauh bertolak belakang.
Mencoba cara lain untuk bertahan juga sama saja, aku kira berjalan-jalan dengan kereta api sendirian bisa mengobati sulitnya hari-hari ini, tapi ternyata tidak. Kereta api hanya mampu mengantarkanku ke tempat tujuan, tapi sayangnya bukan tujuan yang kumau. Dan satu lagi, dia yang berseragam hendak mengajakku berpetualang, tapi semesta tidak berpihak.
Hingga saat ini, masih sama, kucoba menikmati saja setiap prosesnya hingga -entah sampai kapan- ingatanku makan pizza bersamamu hilang. Kata orang , "Lama-lama akan terbiasa" tapi sampai berapa lama? mungkin kamu bisa menjawab?
Semua orang berhak memilih makanan kesukaannya, tapi pizza itu masih yang terenak. Tapi aku berharap, ada yang lebih mengenakkan dibanding potongan pizza itu, steak Hollycow mungkin..
Aku teriris baca alinea 4. Temu yang entah kapan akan terwujud :((
BalasHapusPertemuan dan perpisahan hanya Allah yg tau :"(((
HapusSedih maksimal.. 😥
BalasHapusEww baru tau you komen wkwk makasih dah membacaa
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus